Sentuhan Panas Bumi Menyajikan Kopi Kamojang hingga Mendunia
Petani dan pekerja Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang memeriksa kualitas biji kopi saat pengeringan menggunakan teknologi rumah kering panas bumi di Desa Laksana, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025)-Feri Purnama-ANTARA
"Saya ingin mempersempit kesenjangan petani dengan produsen. Jangan produsen saja yang semakin kaya, tapi petani juga harus kaya," katanya.
Pemanfaatan panas bumi untuk pengeringan kopi berbasis bisnis sosial itu tidak hanya oleh Deden. Ada pebisnos kopi lainnya yakni pemilik Asli Kopi Kamojang Arabika (Akkar) Aki Undang (72) yang memiliki kedai di sekitar PT PGE, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Bandung.
Aki Undang mendukung adanya inovasi pengeringan kopi dengan metode panas bumi karena membantu mempercepat pengeringan dibandingkan dengan proses penjemuran.
Selain Undang, pelaku usaha kopi dari Kampung Legok Pulus, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut juga juga memanfaatkan panas bumi untuk proses pengeringan kopi.
Dia adalah Ahmad Nur Fathurodin yang menilai keberadaan geothermal dry house itu telah memudahkan dalam proses pengeringan ceri kopi tanpa penjemuran panas matahari.
BACA JUGA:Kilas Balik 8 Kasus Korupsi Fenomenal Dibongkar Pemerintahan Prabowo
Menurut dia teknologi itu masih terus perlu dikembangkan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Juga bisa lebih diperluas tempatnya yang saat ini baru mampu menampung 6 sampai 8 ton ceri kopi.
Kopi dari hasil pengeringan kopi itu, menurut Ahmad, memiliki pasar yang bagus, seperti halnya kopi yang dibuatnya telah banyak dinikmati penikmat kopi dalam dan luar negeri. Dia sudah mengirimkan produknya ke Korea Selatan, kemudian selanjutnya rencana ke Taiwan dan Australia.
"Penikmat kopi itu biasanya senang ceritanya, dan ini ada ceritanya kopi geotermal yang diklaim satu-satunya di dunia," katanya.
Inovasi baru yang dikembangkan PT PGE dengan pelaku usaha kopi tersebut mendapatkan dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut karena telah membantu mempercepat proses pengeringan yang hasilnya memberikan keuntungan bagi petani.
Dukungan itu membantu petani bisa lebih cepat dalam penyediaan barang ketika ada permintaan pasar dengan jumlah besar dan juga bisa menjaga kualitas kopi secara konsisten, dan tidak mudah terserang jamur akibat lama disimpan.
Dipatenkan
Inovasi pengeringan kopi itu bagian dari praktik terbaik dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang meraih penghargaan di ajang ASEAN Renewable Energy Project Awards 2024 untuk kategori off-grid thermal yang digelar di Vientiane, Laos.
BACA JUGA:Menjaga Nurani di Balik Seragam: Tragedi Brigadir Nurhadi dan Ujian Moral Polri
Penghargaan ditujukan untuk mempromosikan inisiatif-inisiatif clean coal technology (CCT), efisiensi energi, dan pengembangan energi terbarukan sekaligus mengapresiasi praktik-praktik terbaik dalam pengembangan energi.
Inovasi PT PGE itu sudah resmi memiliki Sertifikat Paten Sederhana tahun 2024 dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai bukti klaim pertama mengembangkan inovasi tersebut di Indonesia bahkan dunia.