Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

BMKG Sebut Fenomena Siklon Tropis Senyar Tidak Umum Terjadi di Selat malaka

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan cuaca ekstrem yang terjadi pada sejumlah wilayah di Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir dampak dari Siklon Tropis Senyar-BMKG-ANTARA/HO

BELITONGEKSPRES.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Siklon Tropis Senyar merupakan fenomena tidak umum terjadi di perairan Selat Malaka, mengingat posisi Indonesia yang dekat garis ekuator. 

Meskipun demikian, sistem siklon ini berdampak signifikan pada wilayah Sumatera, terutama Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, yang mengalami hujan lebat, banjir, tanah longsor, dan gangguan transportasi darat serta laut.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan bahwa walaupun Indonesia secara klimatologis bukan jalur umum siklon tropis, lima tahun terakhir sejumlah sistem siklon mendekati wilayah Indonesia dan menimbulkan efek serius, termasuk Senyar. 

“Fenomena seperti Siklon Tropis Senyar tidak umum terjadi di Selat Malaka, apalagi berdampak ke daratan. Karena itu, BMKG menekankan kesiapsiagaan masyarakat,” ujar Andri di Jakarta, Kamis.

BACA JUGA:Siklon Tropis Senyar Picu Banjir dan Angin Kencang di Tiga Provinsi Sumatera

BACA JUGA:Prabowo Gerak Cepat Salurkan Bantuan Korban Bencana Sumatera via Operasi Udara TNI AU

BMKG menjelaskan, anomali iklim global dan dinamika atmosfer regional meningkatkan peluang terbentuknya sistem tekanan rendah dan bibit siklon yang dapat berevolusi menjadi siklon tropis di sekitar Indonesia, termasuk wilayah dekat ekuator.

Siklon Tropis Senyar awalnya merupakan Bibit Siklon Tropis 95B yang terdeteksi pada 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka. Dalam sepekan terakhir, badai ini menyebabkan hujan intens setiap hari di Aceh, Sumut, dan Sumbar, memicu banjir bandang, tanah longsor, dan kerusakan di sejumlah kabupaten serta kota.

Andri menekankan peran aktif pemerintah daerah dalam memantau kondisi cuaca dan menyiapkan langkah mitigasi berbasis risiko, terutama di daerah rawan bencana hidrometeorologi. Ia juga mengimbau nelayan, operator pelayaran, dan masyarakat pesisir memperhatikan prakiraan gelombang tinggi agar bisa menghindari area berisiko dan menyesuaikan aktivitas di laut. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan