Bukti Mewujudkan Ekonomi Berkeadilan Tanpa Tambang, Pertanian dan Pariwisata Jadi Andalan
Sejumlah turis asing bersama pelatih selancar lokal berjalan menuju laut untuk bermain papan selancar di Pantai Selong Belanak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat--(ANTARA/Sugiharto Purnama)
Seluruh aktivitas ekonomi sejatinya berhulu dan bermuara pada manusia. Tanpa keterlibatan manusia, roda ekonomi tidak akan berputar. Karena itu, manusia menjadi faktor kunci dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan di NTB.
Investasi terbesar dalam pembangunan seharusnya tidak semata-mata diarahkan pada penyediaan lapangan usaha, melainkan pada penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan vokasi, pelatihan kewirausahaan, dan literasi keuangan harus diperluas agar masyarakat mampu mengelola potensi lokal secara mandiri, memanfaatkan sumber daya daerah, serta mengurangi ketergantungan terhadap barang impor dan migrasi tenaga kerja keluar daerah.
BACA JUGA:Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04 Persen di Triwulan III 2025, Lebih Baik dari Tahun Lalu
Pemerintah NTB juga perlu menggandeng perguruan tinggi dan lembaga riset untuk mendorong hadirnya inovasi teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik wilayah.
Misalnya, penguatan rantai nilai pertanian organik di lereng Gunung Rinjani, pengembangan perikanan berkelanjutan di Pulau Sumbawa, hingga pemanfaatan sumber daya pesisir untuk ekonomi biru.
Dalam membangun ekonomi berbasis manusia, NTB dapat meniru keberhasilan Yogyakarta, yang menjadikan budaya dan seni tradisional sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kreatif.
Dengan menempatkan manusia dan tradisi lokal sebagai jantung pembangunan, interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat akan menciptakan nilai tambah ekonomi yang tinggi, sekaligus memperkuat identitas kultural daerah.
Model pembangunan seperti ini bukan hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga menjaga harmoni sosial dan memperkuat daya saing NTB di kancah ekonomi nasional.
Atraksi budaya yang digelar oleh masyarakat lokal terbukti mampu meningkatkan daya tarik wisata. Keunikan tradisi dan kearifan lokal yang ditampilkan membuat wisatawan betah berlama-lama, sekaligus memperpanjang masa tinggal mereka di daerah tujuan wisata.
Dampaknya, sektor pariwisata yang tumbuh pesat berkelindan erat dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja serta permintaan terhadap produk-produk lokal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Pengelolaan sektor pariwisata yang baik kini menjadi pilar penting ekonomi daerah, sebagaimana terlihat dari keberhasilan ekowisata Bale Mangrove Jerowaru di Kabupaten Lombok Timur. Kawasan wisata berbasis ekologi ini mampu menghasilkan pendapatan antara Rp50 juta hingga Rp100 juta per bulan, hanya dari penjualan tiket masuk.
Destinasi wisata tersebut tidak sekadar menawarkan pemandangan alam, tetapi juga menghadirkan pengalaman edukatif tentang ekosistem mangrove serta berbagai atraksi menarik seperti berkemah di tengah hutan bakau dan berkeliling menggunakan kano.
Keistimewaannya juga terletak pada kuliner lokal yang disajikan, seluruhnya berbahan baku dari hasil tangkapan dan budidaya masyarakat sekitar, seperti udang, ikan, cumi, dan buah anggur laut.
Dengan sinergi antara potensi alam, budaya, dan kreativitas masyarakat, sektor pariwisata NTB semakin memperlihatkan perannya sebagai motor pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berkeadilan.