Sampai di gate masih ada tiga orang yang antre mau naik pesawat. Saya lega. Tidak perlu usap keringat. Udara dingin.
Tibalah giliran saya untuk boarding. Barcode di boarding pass saya tempelkan di cahaya scanner. Tidak muncul bunyi tiiit dan warna hijau. Saya coba lagi. Sama. Coba lagi. Tidak bisa.
Petugas pun datang. Dia memeriksa boarding pass saya.
"Anda salah penerbangan", katanyi.
"Ini kan benar, American Airlines.".
"Benar".
"Jurusan Chicago O'Hare"
"Benar".
"Apanya yang salah?"
"Anda di penerbangan yang jam 6 sore," jawabnyi.
BACA JUGA:Tafsir Iqra
Ups... Kurang teliti. Saya amati boarding pass itu. Benar. Jam 6 sore. Mungkin petugas check in di depan tadi ingin menjelaskan itu tapi saya keburu membawa lari boarding pass yang dia berikan.
Ya sudah.
Yang penting malam itu akan sampai di Chicago. Berarti petugas check in di depan tadi sangat baik. Tanpa bertanya apa pun langsung mencarikan penerbangan berikutnya. Satu-satunya yang masih ada. Tanpa bayar apa-apa. Tidak ada permintaan agar saya beli tiket yang baru.
Ini masih jam 12 siang. Berarti saya harus enam jam menunggu. Ya sudah. Kan bisa diisi dengan menulis untuk Disway.
Saya pun cari tempat duduk. Sebenarnya tidak mencari. Semua kursi di ruang tunggu itu kosong. Tiba-tiba saya ingat sesuatu: lapar.