Untuk apa?
Banyak militan Hamas yang ditahan di Israel. Ribuan. Hamas selalu gagal memperjuangkan pembebasan mereka. Maka harus dicari sandera baru. Sebagai nilai tawar tukar tahanan.
Tewasnya 24 tentara Israel di satu peristiwa merupakan kejutan kedua. Inilah jumlah korban terbesar.
Hamas telah menemukan taktik perang jarak dekat. Kalau taktik itu dianggap berhasil tentu banyak bangunan lain yang disiapkan untuk perang jarak dekat.
Apa yang terjadi di Gaza sekarang ini mengingatkan saya pada para gerilyawan Indonesia di sekitar perang kemerdekaan. Secara kekuatan senjata gerilyawan kita tidak sebanding dengan Belanda. Tapi para gerilyawanan itu tidak takut. Mereka selalu bisa mencari cara menyergap pasukan Belanda.
Namun medan perang di Gaza sangat sempit. Hanya sekitar 40 x 100 km. Tanpa hutan. Tanpa pegunungan. Mau ngumpet di mana. Tapi mereka masih bisa menyembunyikan 132 orang.
Di Israel, tewasnya 24 tentara itu jadi momentum kenaikan semangat patriotisme. "Tidak ada jalan damai sebelum Israel menang".
BACA JUGA:Emas Budi
BACA JUGA:Rasional Khalwat
Apa arti menang di situ?
Sampai 132 sandera dibebaskan?
Sampai semua tokoh Hamas dibunuh atau menyerah?
Sampai seluruh Gaza diduduki Israel?
Sampai semua orang di Gaza dibunuh?
Belum ada tafsir arti menang di situ. Yang jelas PM Israel tidak mau ada dua negara di Tanah Palestina itu. Berarti tidak akan ada negara Palestina Merdeka.