Tawaduk Thinking

Sabtu 09 Nov 2024 - 11:33 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Yudiansyah

Diskusi kian menarik. Mengapa kegagalan itu terjadi. Ketemulah penyebab di hulunya. Anda pun sudah tahu penyebab di hulunya itu: tidak dimilikinya critical thinking.

Anda bisa tidak setuju. Anda bisa bilang penyebabnya bukan itu. Sayangnya Anda tidak terlibat dalam diskusi sehingga tidak terekam di sini.

Kalau benar penyebabnya ketiadaan critical thinking maka alangkah sulitnya mengatasinya. Tidak bisa dengan ''pendidikan singkat satu bulan''. Pun tiga bulan.

Di Amerika critical thinking itu sudah menjadi bagian dari pendidikan. Sejak SD. Critical thinking bukan dianggap kemasan. Yang bisa dibungkuskan belakangan --dengan dicarikan bungkus plastik, kertas bekas atau daun pisang.

BACA JUGA:Bismillah Karnaval

Gejala ketiadaan critical thinking itu bisa terlihat di kelas: begitu sedikit siswa yang berani bertanya kepada guru. Dan guru begitu pelit memberikan rangsangan kepada siswa untuk berani bertanya.

Ini juga disinggung saat kami diskusi dengan Prof Dr Djodji Anwar di lab teknik mesin di UC Berkeley. Ia pernah diundang mengajar di kelas sekolah Indonesia. Ia melihat gejala itu.

"Kalau kelas lagi ribut dengan siswa yang bicara antar mereka sendiri gampang membuat mereka diam. Ajukan permintaan: siapa yang mau bertanya? Kelas akan kembali sunyi. Semua diam. Tidak ada yang berani bicara, takut dikira akan bertanya," ujar Anwar.

Siapa Djodji Anwar Anda bisa lihat Disway 6 November 2024: Anwar Berkeley.

Prof Dr Sutiman di Universitas Brawijaya Malang, juga sama. Doktor nano biologi dari Jepang itu sampai punya cara sendiri untuk membuat mahasiswanya berani bertanya: bertanya apa pun nilai akhir semesternya ditambah.

Tetap langka. Ada, tapi langka. Sudah telanjur tidak diciptakan iklim critical thinking sejak SD, SMP dan SMA.

Makanan sudah habis. Diskusi masih berlanjut. Masih ada buah semangka. Juga kopi dan teh.

Adakah semua itu akibat budaya timur? Sopan? Santun? Sungkan? Rendah hati? Tepo seliro? Ningrat? Feodal? Tawaduk?

Benar! Pasti ada hubungannya.

Salah! Jepang kok bisa. Juga Korea.

Diskusi pun menukik lebih dalam lagi. Sampai ke soal hidup sesudah mati. Sampai surat Al Baqarah dalam Alquran. Kang Deden banyak hafal ayat-ayatnya.

Kategori :

Terkait

Jumat 22 Nov 2024 - 14:59 WIB

Datuk ITB

Kamis 21 Nov 2024 - 14:32 WIB

Kokkang Ibunda

Rabu 20 Nov 2024 - 13:53 WIB

Bergodo Kebogiro

Selasa 19 Nov 2024 - 16:12 WIB

Critical Parah

Senin 18 Nov 2024 - 12:43 WIB

Tafsir Iqra