Seni Mendengarkan dengan Empati (Catatan Perjalanan Program APS 2024)

Minggu 06 Oct 2024 - 21:06 WIB
Oleh: Ares Faujian

Tidak semua orang memiliki kemampuan mendengar dengan empati. Bayangkan seseorang yang mendengarkan, namun alih-alih memahami, ia justru meremehkan pengalaman lawan bicaranya.

Sebagai contoh, dalam sebuah percakapan antara dua orang teman, seorang yang tidak berempati mungkin hanya fokus pada sudut pandangnya sendiri. Ia akan mengabaikan keberadaan orang lain. Bahkan, ia mungkin akan menutup percakapan sebelum lawan bicaranya sempat menyelesaikan kalimatnya.

Peneliti komunikasi, Michael P. Nichols (2009) dalam The Lost Art of Listening mengungkapkan bahwa listening (mendengarkan) ialah tindakan yang berpotensi hilang (mundur) dalam komunikasi modern. Kita acap kali lebih sibuk menyiapkan tanggapan daripada memahami lawan bicara. Kemunduran kemampuan untuk memahami dan menghargai perspektif orang lain bisa menjadi sumber utama konflik interpersonal dan sosial.

Dalam kesempatan penulis mengikuti program America Field Service (AFS) Global STEM Educators 2024 pada materi Empathy and Listening,  program ini memberikan pengalaman mendalam tentang bagaimana mendengarkan dengan empati memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan profesional.

BACA JUGA:Harapan Rakyat Indonesia untuk Wakil di Parlemen

Dalam sesi pertemuan daring ini, para peserta program ini diajak untuk menuliskan dan mendengarkan cerita hidup orang lain dari berbagai negara. Misalnya, dalam diskusi dengan peserta dari India dan Brasil, penulis belajar bagaimana pengalaman berkomunikasi akan sangat tergantung pada konteks budaya masing-masing. Melalui pengalaman ini, penulis belajar bahwa mendengar dengan empati bukan hanya memahami kata-kata, tetapi juga memaknai konteks, latar belakang, dan emosi di balik kata-kata tersebut.

Tujuan utama dari mempelajari pentingnya mendengarkan dengan empati adalah untuk menghargai perbedaan dan keberagaman, terutama bagi kalangan pendidik. Di dunia yang semakin terhubung ini, kita dihadapkan pada banyak perspektif dan budaya yang berbeda. Daniel Goleman (1995) memperkenalkan konsep Emotional Intelligence yang menekankan bahwa empati adalah elemen kunci dalam kecerdasan emosional.

Mengenal Empati

Menurut Goleman (1995), empati adalah dasar bagi semua keterampilan sosial. Tanpa kemampuan untuk mendengar dan memahami perspektif orang lain, kita tidak bisa berharap untuk berfungsi secara efektif dalam komunitas global yang beragam. Mendengar dengan empati membantu kita menjembatani kesenjangan tersebut dan menciptakan lingkungan masyarakat yang ekualitas (setara).

BACA JUGA:Transformasi TNI di Tengah Tantangan Geopolitik

Hasil penelitian yang dipaparkan oleh AFS menunjukkan bahwa empati memiliki dampak positif yang luar biasa. Pertama, empati meningkatkan kemampuan kita untuk menciptakan hubungan baru dan membangun persahabatan yang langgeng. Selanjutnya, empati membuat pekerjaan lebih efektif karena kita memperlakukan rekan kerja dan bawahan dengan baik. Empati memperkuat hubungan keluarga dan membantu kita mendukung orang lain di saat mereka membutuhkan.

Kemudian, empati menjadikan kita pemimpin yang lebih baik, karena kemampuan berkolaborasi sangat dipengaruhi oleh kapasitas empatik kita. Empati menjadikan kita lebih altruistik, peka terhadap penderitaan orang lain dan lebih siap membantu.

Selain itu, empati membuat kita lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan, karena kita mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati membuat kita lebih siap untuk menjembatani perbedaan dan terhubung dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.

Mendengarkan dan Pendengar 

Dalam konteks keberagaman, “mendengarkan” atau listening berperan sebagai koneksi untuk menghargai perbedaan. Melalui mendengarkan, kita belajar menerima orang lain apa adanya, termasuk latar belakang, kepercayaan, dan pengalaman hidup mereka. Mendengarkan dengan niat untuk memahami membantu kita menerima perbedaan, dan menciptakan dialog yang sehat dan konstruktif.

BACA JUGA:Peparnas 2024, Ajang Mencari Paralimpian Baru

Mendengarkan adalah kunci untuk memahami orang lain, dan pada tingkat yang lebih luas, yakni memahami masyarakat. Ketika kita mendengarkan dengan baik, kita memperoleh wawasan tentang bagaimana cara berpikir dan merasakan orang lain.

Kategori :