Kisah Putri Calon Bupati Beltim, Grace Muten dari Keluarga Konghucu Menjadi Mualaf

Senin 16 Sep 2024 - 20:17 WIB
Reporter : Muchlis Ilham
Editor : Yudiansyah

MANGGAR, BELITONGEKSPRES.COM - Salah satu hal yang menarik pada saat deklarasi pasangan Kamarudin Muten - Khairil Anwar sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Beltim di Pilkada 2024 adalah sesi perkenalan anggota keluarga. 

Kamarudin Muten yang akrab disapa Afa memperkenalkan salah seorang putrinya sebagai mualaf di antara anggota keluarga yang dilatarbelakangi toleransi beragama.

Namanya adalah Grace Muten, putri kedua dari 3 bersaudara. Sejak kecil, Grace Muten tumbuh di keluarga yang berlatar belakang beda agama.

Di mana kedua orang tuanya beragama Konghucu (Budha) dan anak-anak terbiasa beribadah ke Gereja yang kebetulan persis di depan rumah mereka di pasar Kelapa Kampit. 

BACA JUGA:Afa-Khairil Resmi Deklarasi Pilkada 2024, Ribuan Masyarakat Beltim Teriakkan 'Yakin Ada Jalan'

BACA JUGA:Deklarasi Pilkada Beltim 2024, Afa Janji Selesaikan Tunggakan BPJS Kesehatan

Termasuk Grace yang selalu rutin ke gereja hari Sabtu dan Minggu untuk ibadah dan merayakan natal di rumahnya. Hal itu berlaku sejak Grace kecil hingga menamatkan sekolah SMA. 

Kisah mualaf Grace Muten dimulai ketika ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Jepang setelah menyelesaikan sekolah menengah atas.

Orang tuanya, Kamarudin Muten, memang memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk bersekolah sesuai minat mereka. 

Meski bagi sebagian orang terdengar tak biasa, justru di Jepang—negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Shinto—Grace menemukan hidayah Islam.

BACA JUGA:Afa Dorong Peningkatan Pertanian Lokal di Beltim untuk Ketahanan Pangan

BACA JUGA:Afa Ingin Masyarakat Gembira Sambut Pesta Demokrasi Pilkada Beltim 2024

Rupa-rupanya, Grace Muten memang diketahui sejak kecil banyak bergaul dengan teman sekolah yang beragama islam. Bahkan, Grace kecil sering ikut-ikutan salat dan puasa Ramadan bersama-sama teman. 

Saat menempuh pendidikan di Jepang, Grace yang jauh dari orang tua banyak bertemu teman-teman yang beragama islam. Ia merasa nyaman dan bahkan mengulangi kebiasaannya untuk coba-coba sholat dan berpuasa. 

Puncaknya di tahun 2016, Grace memantapkan diri mengucapkan dua kalimat syahadat. Bahkan kala itu, bulan Ramadan yang tersisa 10 hari, langsung ia jalani dengan berpuasa penuh meski harus menempuh perjalanan berjam-jam dari tempat tinggalnya Osaka menuju Kobe.

Kategori :