Pesawat kecil yang ditabrak itu jenis Dash-8. Buatan Kanada. Hari itu diisi 6 orang. Mereka adalah petugas patroli laut yang akan terbang ke Niigata.
Sehari sebelumnya memang ada gempa besar di Niigata: 7,6 skala Richter. Lebih 213 orang meninggal –52 lainnya masih hilang.
Pesawat kecil itu membawa bantuan untuk daerah gempa.
Ketika pesawat JAL A350 mulai mendarat di ujung landasan, justru pesawat Dash-8 itu memasuki landasan.
Masuk landasannya tepat di bagian tengah landasan. Langsung disantap pesawat besar itu. Hancur. Kepingannya sampai terlempar ratusan meter. Tapi pilotnya selamat. Hanya cedera.
Ketika itu senja sudah gelap. Cuaca baik. Jarak pandang 10 km. Tapi tiga pilot A350 bersaksi: tidak melihat ada pesawat memasuki landasan. Pesawat A350 memang dikendalikan oleh tiga orang pilot.
Memang saat pesawat A350 itu siap menyentuh landasan Dash-8 belum masuk landasan. Begitu A350 menyentuh landasan Dash-8 masuk landasan.
Saya pun minta bantuan teman yang ahli kontrol pesawat terbang. Saya kirimkan kepadanyi rekaman pembicaraan antara petugas tower bandara Haneda dengan pilot A350 dan pilot Dash-8.
Menurut ahli itu, pilot Dash-8 sangat sembrono. Tapi menara kontrol seharusnya segera memberi instruksi ke Dash-8: "Taxi to Holding Point C5”, ujarnyi. Bahkan harus lebih tegas: “Taxi to Holding Point C5, Hold on Short”.
Sebelum itu tower pasti sudah memberi izin JAL A350 itu untuk mendarat. Izin itu pasti disampaikan lewat kalimat: "Runway 34 R cleared to land…”.
"Mungkin pilot Dash-8 mendengar kata 'clear' saja. Lalu cepat-cepat membawa pesawatnya masuk landasan," katanyi.
Salah paham seperti itu juga sering terjadi di tempat lain. Termasuk di Indonesia. Tapi selalu bisa diselamatkan dengan instruksi lengkap seperti di atas.
Yang paling rawan adalah kalau pesawat yang turun naik di bandara itu banyak jenis. Besar dan kecil. Seperti di Juanda Surabaya.
"Dalam case accident di Haneda sepertinya tidak ada waktu untuk pilot atau ATC melakukan warning tersebut," ujarnyi.
BACA JUGA:Ikut Anastasia
BACA JUGA:Ikut Sendiri