Rasanya tidak mungkin senjata itu diluncurkan dari salah satu fasilitas militer Amerika Serikat di Iraq. Terlalu berisiko. Yang paling logis memang langsung diluncurkan dari Israel. Betapa canggih teknologi drone yang digunakan Israel.
Dengan tewasnya Haniyeh di Tehran, kini keamanan pemimpin Hisbullah di Lebanon menjadi sangat rawan: Hassan Nasrallah. Apalagi beberapa hari lalu salah satu tangan kanan Nasrallah juga dibunuh Israel dengan cara yang sama. Jenderal Ismail Qaani tewas di bangunan yang juga rahasia.
Soal tewasnya Haniyeh mungkin dinas rahasia Iran memang ceroboh. Atau terlalu pede. Haniyeh bermalam di bangunan yang sama lebih dari satu malam. Harusnya tiap malam dipindah. Kalau perlu tiap lima jam.
Pola tidur para pemimpin setingkat Haniyeh harusnya juga sudah berubah. Malam jadi siang dan siang untuk tidur. Mengapa Haniyeh masih perlu tidur malam: sehingga di pukul 02.00 waktu Tehran, saat nyenyak-nyenyaknya tidur, senjata jarak jauh menghancurkannya.
Saya sulit membayangkan bagaimana pengamanan tokoh antiIsrael paling utama di Lebanon seperti Nasrallah. Yang jarak Lebanon dengan Israel sangat dekat: hanya sepelemparan granat.
Dengan terbunuhnya Jenderal Qaani di Beirut dan Haniyeh di Tehran, rasanya sudah bisa disimpulkan: itulah perang cara baru. Bunuh langsung pemimpin musuh. Yakni dengan cara pembunuhan jarak jauh secara diam-diam.
BACA JUGA:Meritokrasi Hati
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khamenei, sudah memberi komando pembalasan: serang langsung Israel. Tapi belum jelas bagaimana cara menyerang Israel. Seluruh udara Israel dipasangi ”payung” anti senjata jarak jauh.
Anda sudah tahu: Israel punya musuh utama yang berbentuk organisasi militer non pemerintah yang kuat: Hamas di Palestina, Hisbullah di Lebanon, dan Houti di Yaman.
Para pemimpin mereka kini tidak ada yang aman dari ancaman serangan jenis baru Israel. Tapi yang juga ketar-ketir adalah keluarga 115 orang Israel yang kini jadi tawanan Hamas. Bagaimana nasib mereka. (Dahlan Iskan)