Rico tidur nyenyak. Ia baru diantar pulang pukul 00.00. Berarti baru tiga jam tertidur.
Istri Rico juga lelap. Pun anak kedua mereka. Istri Rico malam itu lagi tidur bersama satu-satunya cucu yang masih kecil. Ini cucu dari anak pertama yang tinggal di kampung lain. Empat orang itu terbakar bersama. Tewas. Hangus.
Pembakaran itu sudah diatur agar tidak ada penghuni rumah yang selamat. Caranya: pertalite disiramkan di sekeliling rumah. Toh ukurannya hanya 3 x 4 meter. Bahkan, menurut Marko, hanya 2,5 x 4 meter. Api pun berkobar di segala arah. Setidaknya seisi rumah sulit bernapas dulu.
BACA JUGA:Ditoto Dito
BACA JUGA:Daging Babi
Meski polisi masih perlu waktu menggali motif pembakaran itu para wartawan di Karo sudah memastikan: terkait dengan berita yang ditulis Rico habis-habisan soal judi, narkoba, dan para backing-nya.
Rico tidak ada urusan dengan sopir angkot dan kuli serabutan.
Wartawan di Karo pun salut pada kegigihan polisi yang berhasil mengungkap bahwa rumah Rico sengaja dibakar.
Wartawan di Karo akan berkumpul lagi Kamis lusa. Mereka akan memberikan apresiasi kepada Polres Tanah Karo, sambil menuntut agar motifnya segera diungkapkan. Mereka ingin tahu siapa dalang pembakaran rumah wartawan itu.
Para wartawan Karo merasa tidak sia-sia terus berjuang di belakang Rico.
Kamis lalu mereka menggelar "Malam 1000 Lilin". Lokasinya di dekat rumah yang dibakar. Acara dimulai pukul 20.00 dan baru berakhir pukul 23.00. Yang hadir hampir seribu orang karena masyarakat juga ikut serta.
BACA JUGA:Pusat Data
BACA JUGA:Terbakar? Dibakar?
"Apakah sejak Rico tewas pemberitaan tentang judi tidak gencar lagi?" tanya saya pada Marko.
"Tidak ada lagi berita judi. Judinya sendiri sudah tidak ada. Sudah diberantas habis," jawab Marko. "Judi sebagai obat pun sudah tidak ada," tambahnya.
Judi sebagai obat? Rupanya banyak juga orang melakukan judi sebagai obat di sana. Obat suntuk.