Trend E-Commerce dan Pembelajaran di Sekolah

Kamis 28 Dec 2023 - 22:55 WIB
Oleh: Eva Yuliasriasari

Proses berbelanja secara elektronik melalui media internet (e-commerce) saat ini sudah menjadi kebiasaan dalam Masyarakat karena kemudahan dalam proses transaksinya. Kemudahan tersebut yakni proses jual beli tidak lagi membutuhkan pertemuan tatap muka, karena penjual dan pembeli hanya melakukan proses transaksi online.

Siapa yang saat ini tidak mengenal belanja online? Di era digital ini, hampir segala bisnis konvensional telah beralih menjadi bisnis online. Mulai dari bisnis makanan, elektronik, fashion, supermarket, dan masih banyak lagi. 

Tentunya, Masyarakat saat ini sudah merasa nyaman berbelanja online karena saat ini gaya hidup masyarakat dalam berbelanja sudah berubah. Trend belanja online atau yang disebut dengan E-Commerce sudah ke seluruh kalangan. Baik dari anak-anak sampai yang sudah renta. 

E-commerce secara umum dapat diartikan sebagai transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet. Selain itu, e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses berbisnis dengan memakai teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran atau penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.

Banyak sekali e-commerce yang ada di Indonesia baik yang asli milik Indonesia sendiri maupun yang berasal dari luar negeri. Tentu, meskipun e-commerce memudahkan masyarakat dalam berbelanja tapi tak sedikit e-commerce yang bangkrut bahkan ada yang gulung tikar memberhentikan operasionalnya. 

BACA JUGA:Peran Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pengembangan Desa Wisata Namang

Persaingan yang membuat beberapa e-commerce (belanja online) kurang dikenali dan tak bertahan sampai sekarang. Sampai saat ini ada 14 daftar e-commerce asli anak bangsa yang sudah mewarnai industri teknologi Indonesia, yaitu Elevenia, MatahariMall.com, Plasa.com, Blanja.com, Multiply, Tokobagus, Tokopedia, Bukalapak, Bhinneka, Qlapa, Rakuten, Orami, Ralali, Cipika. 

Dari 14 daftar tersebut, ada yang masih bertahan bahkan dikenal oleh masyarakat karena sudah berkembang pesat, dan ada yang kurang diketahui masyarakat karena sudah meredup bahkan gulung tikar.

Dengan ramainya antusias masyarakat untuk berbelanja online membuat operasional bisnis konvensional menjadi kurang digemari. Masyarakt lebih memilih berbelanja online karena yang pertama praktis dan efisien. 

Tidak perlu repot-repot datang ke tempat perbelanjaan atau pasar karena kita bisa langsung memilih barang sesuai dengan pilihan atau selera, kemudian kemudahan berikutnya adalah tidak perlu meluangkan waktu yang lebih karena transaksi pembelian bisa diakses 24 jam, kemudian kemudahan ketiga yaitu barang yang dicari sangat bervariasi. 

Hal yang membuat menarik (kemudahan berikutnya), yaitu barang yang kita beli langsung diantar ke tujuan dan proses pembayaran pun lebih mudah bisa dengan transaksi bayar langsung, pay later, COD (Cash on Delivery) maupun dengan cicilan. 

Kenaikan jumlah pengguna e-commerce sampai saat ini masih terus meningkat, sampai akhir tahun 2023 pengguna e-commerce di Indonesia naik sebesar 12, 79% dan akan diprediksi akan terus bertambah di tahun 2024. 

Menyikapi hal tersebut, toko konvensional atau offline harus punya strategi agar bisa bersaing dengan belanja online masyarakat. Toko konvensional di era digital ini dengan mengikuti tren harus melakukan penjualan secara online juga dengan mendaftarkan diri di marketplace yang tersedia di Indonesia agar bisnisnya terus berjalan karena sampai saat ini warga negara Republik Indonesia sangat suka belanja online. 

BACA JUGA:Fanatisme Politik Masyarakat Indonesia

Akan tetapi, dari fakta di atas, ada hal yang perlu untuk diketahui. Selain kelebihan yang tersedia, ada juga kelemahan dari berbelanja e-commerce. Kelemahan pertama; bisa mengganggu manajemen keuangan, karena praktis dalam pembayaran sehingga membuat kita tertarik berbelanja terus-menerus tanpa memerhatikan manajemen keuangan. 

Kategori :