Juri Oat

Selasa 28 May 2024 - 22:10 WIB
Reporter : Dahlan iskan

"Saya tidak bisa menemani Anda. Tiap hari saya harus ke pengadilan. Biasanya sepanjang hari."

"Seandainya saya tidak di sini apakah ditunjuk jadi juri itu senang?"

"Biasa saja. Tidak senang tidak juga sedih. Saya kan sudah tidak bekerja lagi."

"Saya ikut. Ingin tahu."

"Mungkin tidak boleh ikut masuk."

BACA JUGA:Vina Doa

BACA JUGA:Kereta Cepat

"Gak apa-apa. Di luar saja juga gak masalah".

Saya pun bergegas bikin oatmeal. Yang quick cook. Bukan yang instan. Tiga sendok. Pakai tepak tanpa tutup. Saya tuangi susu yang cukup. Tidak pakai tambahan air. Hanya itu. 

Tepak saya masukkan microwave. Pertama 30 detik. Lalu 30 detik lagi. Tidak langsung satu menit agar didihnya tidak sampai tumpah. 

Saya ambil juga tomat. Tiga buah. Saya masukkan tepak bertutup. Dimasukkan microwave satu menit. Kalau tepak tidak ditutup ledakan tomatnya bikin microwave kotor. Itulah yang terjadi di hari pertama. Letusan tomat ke mana-mana.

Di Surabaya tomat itu dikukus oleh istri. Di Lawrence harus masak sendiri.

Saya sudah akrab dengan sistem dapur Amerika. Pun di mana saja alat-alat dapurnya diletakkan: piring, sendok, wajan tevlon, sotil, entong. Susunannya rapi. Tetap di situ. Sejak di rumah John yang di Evanville, Indiana, di rumah Hays maupun di Lawrence ini. 

Cara bagaimana menghidupkan kompor listrik juga bisa. Kompor itu besar. Tombolnya banyak. Sekaligus ada digital air fryer-nya. Juga sekaligus sebagai oven besar. John selalu bikin roti di oven besar itu. Pakai 'wajan' tebal, wajan warisan yang sudah berumur 150 tahun.

Hanya tomat tiga biji dan oatmeal itulah sarapan saya. Setiap hari. 

BACA JUGA:Antre Akhir

Kategori :

Terkait

Jumat 20 Sep 2024 - 14:57 WIB

Bonita Sufiati

Kamis 19 Sep 2024 - 21:19 WIB

Arus Kuat

Rabu 18 Sep 2024 - 21:12 WIB

Pemakan Anjing

Selasa 17 Sep 2024 - 21:46 WIB

Bangsa Keturah

Senin 16 Sep 2024 - 21:58 WIB

Nano Sutiman