Politik Hati

Selasa 23 Apr 2024 - 22:13 WIB
Reporter : Dahlan iskan

Prof Toar lahir di Oegstgeest, Belanda 1 Juni 1957. Tapi SMP, SMA di Jakarta. Lalu masuk UI, ambil spesialis bedah di UI, konsultan pencernaan di UI dan jadi guru besar juga di UI (2021).

Sukses transplant hati Harry ini membuat RSCM/UI sudah tepercaya melakukannya. Tidak harus di luar negeri lagi.

Tentu yang dilakukan Harry adalah transplant separo hati. Bukan seperti yang saya lakukan 17 tahun yang lalu.

BACA JUGA:Nilai Wong

BACA JUGA:Nilai 95

Awalnya Harry, 54 tahun, kena demam berdarah. Ketika melakukan pemeriksaan diketahuilah bahwa SGOT/SGPT-nya sangat tinggi: di atas 100. Padahal paling tinggi seharusnya hanya boleh 42.

Itu setahun yang lalu. Harry pun pergi ke Malaka. Berobat ke sana. Orang Minang dan Riau memang suka berobat ke Malaka –seperti orang Medan suka ke Penang.

Di sana dilakukan pemeriksaan standar. Diketahuilah hatinya membesar. Lalu saluran darahnya juga membesar. Tiga bulan kemudian diminta datang lagi ke Malaka.

Kedatangannya ke kali ini untuk MRI: diketahuilah hatinya sirosis. Dokter di sana pun merasa aneh. Harry tidak mengidap hepatitis apa pun.  Kok bisa kena sirosis.

Maka Malaka menyarankan agar Harry transplant. Harus cepat. Dalam satu tahun. Sebabnya: sudah ada kanker di hati Harry.

Pulang ke Jakarta Harry banyak bertanya ke dokter. Ia punya kenalan dokter di RSCM. Kenalannya itulah yang menjelaskan bahwa kini Indonesia sudah mampu melakukan transplant hati: di RSCM.

Lalu disarankan segera mencari donor. 

BACA JUGA:Nilai 70

BACA JUGA:Nilai Nol

Sang istri mau. "Tapi postur saya terlalu kecil. Tidak cocok," ujar sang istri.

Dua anaknya masih remaja. Yang pertama baru SMA. Tapi beberapa keluarganya mau jadi donor. Ada yang cocok, ada yang tidak.

Kategori :

Terkait

Rabu 27 Nov 2024 - 15:29 WIB

Mabuk Dhani

Selasa 26 Nov 2024 - 15:29 WIB

Doktor TK

Senin 25 Nov 2024 - 14:59 WIB

Mampir Guyon

Minggu 24 Nov 2024 - 15:38 WIB

Wanita Global

Sabtu 23 Nov 2024 - 14:00 WIB

Mau Berubah?