Tapi ada yang mencurigakan dalam peristiwa ini. ''Merampok emas untuk membeli senjata''. Pantas peristiwa ini tidak terlalu dibuka.
Bahkan The New York Times tidak menuliskan nama-nama mereka yang ditangkap. Termasuk nama Durante King-Mclean, si sopir truk berusia 25 tahun.
Mungkinkah perampokan ini bukan perilaku keserakahan ekonomi? Mungkinkah terkait gerakan perjuangan di satu kawasan?
Artikel-artikel di media utama di sana tidak ada yang mengindikasikan itu. Tapi komentar para ''perusuh'' media itu ada yang menduga terkait gerakan anti-Hindu dan anti-pemerintah India.
Salah satu dari sembilan yang ditangkap adalah Ali Raza, 37 tahun, pemilik toko perhiasan di Toronto. Ada juga Ammad Chaudhary dari Ontario.
BACA JUGA:Fokus Tiga
BACA JUGA:Kafe Kaifa
Nama-nama lainnya juga berbau nama India: Amit Jalota dan Prasath Paramalingam. Satu lagi yang juga ditangkap adalah ordal Air Canada: Parmpal Sidhu, 54 tahun.
Tentu tidak boleh ada praduga apa pun sampai ada penjelasan resmi yang akurat.
Keanehan yang lain: mengapa kiriman begitu berharga diperlakukan seperti kirim ikan salmon. Sampai-sampai petugas gudang begitu cerobohnya dalam memeriksa dokumen. Padahal, ternyata, dokumen yang dipakai mengambil emas tersebut duplikat. Bahkan, menurut semua media di sana, hanya dokumen duplikat pengambilan barang berupa seafood sehari sebelumnya.
Dari emas dan uang sebanyak itu –total sekitar Rp 250 miliar– tinggal tersisa 6 buah gelang. Rupanya semua emas batangan tadi sudah dilebur. Dijadikan gelang dan perhiasan. Agar nomor serinya hilang.
Sisanya: habis untuk membeli senjata.