"Masih harus cuci darah seminggu dua kali," ujar Phio, istri Alvin.
BACA JUGA:Airbag Pelita
BACA JUGA:Karena Pancasila
Phio-lah yang terus menempel ke Alvin. Ke mana pun Alvin pergi. "Saya harus kontrol makan minumnya," ujar Phio.
Dengan kondisi badan seperti itu Alvin tetap berjuang di lapangan hukum. Alvin adalah penemu kredo baru dalam penegakan hukum: No Viral No Justice.
Alvin terus memompa semangat rakyat kecil untuk berani menuntut keadilan. Memang, katanya, tanpa uang dan koneksi pejabat tinggi sulit mendapat keadilan.
"Tapi jangan takut. Orang kecil kini punya senjata baru. Medsos. Viralkan di medsos," ujar Alvin.
Alvin hanya satu malam di Surabaya. Keesokan harinya ia harus balik ke Jakarta. "Saya harus bela Amy," ujar Alvin. "Tahu Amy kan?" tanya Alvin kepada saya.
Saya terdiam. Amy? Yang mana? Soal apa?
"Masak tidak tahu. Heboh sekali di medsos. Viral luar biasa," katanya.
Saya hanya bisa menerawangkan wajah ke langit-langit. Lalu memandang Phio. Memandang Linda. Memandang teman pembalik malam itu.
BACA JUGA:Bawang Putih
BACA JUGA:Menyimpan Misteri
"Itu lo. Yang berusaha merebut bayinya dari tangan penyanyi dangdut itu," ujar Alvin mulai kesal.
Saya benar-benar tidak tahu. Sudah sejak sebelum masa kampanye tahu saya hanya cangkul, sekop, hammer, linggis, sabit dan sebangsanya.
Saya pun minta waktu sebentar untuk membuka online. Oh.... Ini ya: Amy, wanita Korea, istri Aden Wong, warga Singapura. Suami istri ini punya anak empat orang, anak bungsu mereka baru berumur empat bulan. Bayi itu lagi digendong penyanyi dangdut 5i Tisya Erni. Amy merebut bayi itu dari Tisya. Gagal. Si bayi dibawa lari Tisya.