Saat mendapat kemerdekaan dulu, Ukraina sepakat tidak akan menjadi anggota NATO. Ternyata Ukraina mendaftar jadi anggota NATO. Rusia merasa terancam. Pakta Warsawa, sebagai lawan NATO, telanjur dibubarkan. Ukraina pun diserang. Tiga tahun lalu. Terjadilah perang sampai sekarang.
Akibat tekanan perdamaian dari Trump, Zelenskyy terlihat bersedia tidak ngotot lagi menjadi anggota NATO. Tapi Zelenskyy minta jaminan Amerika. "Apa jaminan keamanan permanen dari Anda untuk Ukraina?" tanya Zelenskyy blak-blakan pada Trump.
Pertanyaan itu dianggap tidak pantas. Tidak sopan. Seolah tidak memercayai orang besar seperti Trump. Orang besar tidak dipercaya orang kecil. "Emangnya siapa kamu" mungkin begitu perasaan Trump.
Ada lagi kekurangsopanan Zelenskyy: masuk istana Gedung Putih hanya pakai kaus. Meski lengan panjang tetap saja itu kaus. Itu melanggar dress code Gedung Putih: harus full dress.
Zelenskyy berpakaian seperti itu untuk menunjukkan suasana prihatin akibat perang. Tapi itu dianggap antagonis. Juga sebagai show pribadi. Pencitraan. Agar kelak terpilih lagi sebagai presiden.
Zelenskyy pun "diusir" dari Gedung Putih. Pembicaraan berdua setelah live itu dibatalkan. Konferensi pers bersama juga tidak ada. Perdamaian Ukraina gagal.
Trump tentu masih cari akal lain agar perdamaian terwujud. Itu janji kampanyenya. Tentu ia jengkel melihat sikap Zelenskyy yang sulit dikalahkan. Ia mungkin menilai Zelenskyy itu sebagai kecil methakil.
Zelenskyy rupanya belum pernah dapat pelajaran bahwa di dunia ini ada tiga jenis orang yang tidak bisa dilawan: atasan, orang kaya, dan orang gila. (Dahlan Iskan)