Tulisan ini tidak akan membedah masing-masing aspek dari proyek Ibu Kota Nusantara, sebab (selain karena sudah terlampau sering dibahas) tulisan ini akan membandingkan kedua kota yang diproyeksikan menjadi kota hijau.
BACA JUGA:Menunggu Pembuktian Patrick Kluivert di Bulan Maret
Secara konsep, Kota Masdar dibangun untuk mencerminkan urban living atau kehidupan perkotaan yang berkelanjutan dan inovatif.
Tujuan tersebut tertuang dalam bangunan-bangunan fase pertama dan kedua, seperti tempat tinggal, tempat perbelanjaan untuk kebutuhan sehari-hari, pusat pendidikan, hingga pusat riset untuk pengembangan energi terbarukan.
Berbeda dengan Kota Masdar, proyek Nusantara yang terletak di Kalimantan Timur itu dibangun untuk menjadi ibu kota baru Indonesia. Terlihat dari bagaimana bangunan-bangunan yang pertama kali berdiri di sana adalah gedung-gedung pemerintahan untuk mendukung ambisi pemindahan ibu kota.
Meskipun terdapat perbedaan dari konsep pembangunan kedua kota tersebut, keinginan untuk menghadirkan kota hijau jelas dapat memberi inspirasi bagi satu sama lainnya.
Misalkan, pembangunan Kota Masdar yang menggunakan bahan-bahan daur ulang, terbarukan, dan lokal (dalam hal ini, bahan bangunan yang dapat ditemukan di sekitar lokasi proyek).
Salah menjelaskan, dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan di lokasi sekitar, proses pembangunan Kota Masdar dapat memangkas emisi karbon yang digunakan untuk memindahkan material bangunan dari tempat yang jauh menuju lokasi proyek.
Mungkin, hal tersebut dapat ditiru dalam pembangunan IKN, minimal untuk mengurangi jumlah debu yang mengubah dedaunan menjadi kecoklatan.
Selain itu, sebagian besar aluminium yang digunakan di Kota Masdar untuk menjadi jendela maupun bingkai pintu berasal dari bahan yang didaur ulang, dengan jejak karbon seperdelapan dari pelapis aluminium murni konvensional.
Berbagai manuver ditempuh oleh para desainer Kota Masdar untuk menciptakan kota hijau, kota yang berkelanjutan. Meski tak dapat diabaikan bahwa untuk membangun kota yang futuristik, dibutuhkan napas finansial yang panjang guna memastikan nasib pembangunan tersebut tidak terombang-ambing. Kota Masdar pun sempat terseok-seok akibat krisis finansial global 2008.
BACA JUGA:Bertamu ke PLTS Raksasa Al Dhafra di Tanah Minyak
Salah menginginkan agar pembangunan Kota Masdar menjadi bukti bahwa membangun kota hijau tidaklah mustahil.
Ia ingin berbagi kisah kepada dunia, bahwa keberlanjutan dapat menghasilkan uang dan kota keberlanjutan dapat diwujudkan.
Mari berharap agar Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang membuktikan ucapan tersebut (Antara)