Harga Beras Meningkat Hingga 30 Persen, Pedagang Kritik Tata Kelola Beras

Pedagang beras di Pasar Cipinang. (Nurul Fitriana/JawaPos.com)--

BELITONGEKSPRES.COM, Pedagang dan pelaku usaha merasa gelisah dengan meningkatnya harga beras. Pengusaha mengatakan bahwa harga beras naik sekitar 20-30 persen dari tingkat produsen. Mereka tidak memiliki pilihan selain menjual beras sesuai dengan aturan pasar. Di sisi lain, pedagang juga mengkritik tata kelola perdagangan beras yang tidak optimal.

"Kami mendapatkan laporan bahwa harga beras medium rata-rata sekitar Rp 13.500 per kilo, sedangkan beras premium sudah mencapai Rp 18.500 per kilo," kata Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan.

Ikappi menyatakan bahwa kenaikan harga beras di atas HET (harga eceran tertinggi) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan sejak musim tanam 2022 hingga saat ini, yang mengakibatkan data produktivitas beras menjadi tidak konsisten.

"Kedua, kami mendorong agar data beras yang didistribusikan untuk bantuan sosial dan yang dijual kepada pedagang pasar disinkronkan. Ini penting untuk menjaga stabilitas pasar agar harga tidak naik," tegasnya.

BACA JUGA:Alva Akan Rilis Motor Listrik Baru di IIMS 2024

BACA JUGA:Selama Libur Panjang Imlek dan Isra Miraj, Whoosh Angkut 92 ribu Penumpang

Ikappi meminta pemerintah untuk berhati-hati menghadapi lonjakan harga beras dan kesulitan mendapatkan beras di pasar tradisional. "Ini penting karena saat ini adalah momen politik, musim pemilu, sehingga banyak beras yang diambil di luar pasar tradisional atau oleh produsen besar. Hal ini harus diawasi oleh pemerintah," katanya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, menegaskan bahwa para peritel tidak ingin melihat pemerintah memberikan solusi seperti yang terjadi pada kekurangan minyak goreng. Mereka berkomitmen untuk tetap menjual barang sesuai dengan HET dengan selisih harga yang disubsidi oleh pemerintah.

Roy menyatakan bahwa pengusaha ritel mengusulkan dua solusi agar masalah kelangkaan beras tidak berlarut-larut. Pertama, mereka mengusulkan untuk mengendurkan HET beras dengan melibatkan perusahaan ritel, produsen, dan pemerintah dalam diskusi. "Tentunya produsen tidak akan mau menjual di bawah HET. Jadi, perlu ada harga tengah agar peritel tidak merugi," ujarnya.

Selanjutnya, peritel meminta pemerintah melalui Perum Bulog untuk memberikan jaminan pasokan beras dengan Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) di seluruh ritel di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kekosongan stok selama sebulan ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan